Hortikultura

Ulat Grayak, Spodoptera litura (Fabricius.)


pada tanaman Cabai
Ordo : Lepidoptera; Famili : Noctuidae

Gejala serangan

Gejala kerusakan pada tanaman yang diserangnya beragam tergantung pada tingkat perkembangan ulat.  Ulat yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa – sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang – tulang daun saja   Ulat instar lanjut merusak tulang daun dan kadang menyerang buah.  Biasanya Ulat berada di permukaan bawah daun, dan menyerang secara  berkelompok.

Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya lubang tidak beraturan pada buah. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat, kejadian ini umumnya terjadi pada musim kemarau.

Tanaman inang lain

Hama ini bersifat polifag, tanaman lain yang diserang antara lain adalah bawang merah, kentang, kubis, tomat, buncis, terung, kangkung, bayam, kacang – kacangan), buah – buahan (jeruk, pisang, strawberi, dan apel), padi, jagung, tebu, , tembakau, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp.

Morfologi/Bioekologi

Serangga dewasa berbentuk ngengat yang berwarna coklat.  Sayap depan berwarna coklat atau keperak – perakan, sayap belakang berwarna putih dengan bercak hitam.  Malam hari ngengat tertarik untuk mendatangi cahaya dan dapat terbang sejauh 5 kilometer.  Seekor ngengat betina dapat meletakkan telur  sebanyak 2000 – 3000 butir.

Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning – kuningan, berkelompok (25 – 500 butir) dengan bentuk bermacam – macam pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, tertutup bulu seperti beludru.

Ulat mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit warna hitam pada segmen abdomen ke empat dan ke sepuluh.  Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning.  Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup bekelompok.  Ulat menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya.  Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab).  Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.  Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip dengan ulat tanah, perbedaannya hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Ulat yang berumur 2 minggu mempunyai panjang sekitar 5 cm.  Stadium ulat terdiri dari lima instar, instar yang paling merusak adalah instar ketiga dan keempat.

Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk kepompong tanpa rumah kokon berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.

Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, ulat terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, kepompong 8 – 11 hari).


Pencaran

Hama ini telah tersebar luas di dunia, antara lain di Asia, Eropa, Afrika, Amerika dan Negara Oceania.  Di Indonesia hama ini di laporkan terdapat di seluruh wilayah antara lain di Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Pengendalian
a.  Kultur Teknis

  • Sanitasi lahan dari gulma
  • Pengolahan tanah yang intensif

b.  Fisik/Mekanik

  • Pengumpulan kelompok telur, ulat, kepompong dan bagian tanaman yang terserang, kemudian memusnahkannya.  Pengambilan kelompok telur jangan sampai terlambat, sebab ulat yang sudah besar bersembunyi  di  tempat-tempat terlindung atau di dalam mulsa.
  • Penggunaan perangkap lampu atau feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 yang dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu dengan ketinggian + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman).

c.    Biologi

  • Pemanfaatan musuh alami patogen serangga (Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear Polyhedrosis Virus), Bacillus thuringiensis, Aspergillus flavus, Metarrhizium anisopliae, Beauveria bassiana, Nomuraea rileyi), predator (Carabidae, Andrallus sp. Rhinocoris fuscipes, Paederus fuscipes, Lycosa pseudoannulata), parasitoid (Cotesia ruficrus, Apanteles sp., Telenomus spodopterae, T. remus, Sturmia inconspicuoides, Trichogramma sp., Microplistis similis, Peribeae sp., Eriborus argenteopilosus).

d.    Kimia

  • Jika serangan ulat grayak sudah mencapai ambang pengendalian, yaitu kerusakan daun sebesar 12,5% pertanaman contoh, baru digunakan insektisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian, misalnya yang berbahan aktif betasiflutrin, klorfluazuron, lufenuron, dan sipermetrin.

Sumber : www.hortikultura.deptan.go.id

2 pemikiran pada “Hortikultura

Tinggalkan komentar